Pengisian Patograf
Selama kala 1 persalinan, rencana penatalaksanaan bidan
termasuk memonitor kemajuan persalinan dengan partograf, memonitor keadaan ibu
dan bayi, menganjurkan posisi dan tindakan yang menyenagkan ibu, dan
menganjurkan keluarga untuk terlibat dalam mendukung proses persalinan ibu.
Selama proses persalinan itu berlangsung normal sesuai dengan partograf, bidan
akan memanfaatkan rencana penatalaksanaan sepanjang kala I. Dalam menentukan
bahwa persalinan berjalan normal, bidan harus mengerti temuan apa saja yang normal
dan temuan apa saja yang normal dan temuan yang abnormal. Jika terdapat
beberapa temuan yang abnormal, maka bidan harus segera membuat rujukan.
Persalinan adalah saat yang menegangkan dan mengguggah
emosi ibu serta keluarganya, bahkan dapat pula menjadi saat yang menyakitkan
dan menakutkan bagi ibu. Salah satu peristiwa penting yang senantiasa diingat
dalam kehidupan wanita, yaitu setiap wanita memiliki pengalaman melahirkan
tersendiri yang dapat diceritakan orang lain. Memori melahirkan, peristiwa, dan
orang-orang yang terlibat dapat bersifat negatif dan positif, dan akhirnya
dapat menimbulkan efek emosional dan reaksi psikososial. Aspek-aspek asuhan
yang terbukti mempengaruhi perasaan persalinan dan kepuasan pengalaman
persalinan meliputi komunikasi dan pemberian informasi, penatalaksanaan nyeri,
tempat melahirkan, dan dukungan soaial dari keluarga/pasangan, serta dukungan
dari pemberi asuhan.
B. PENGGUNAAN
PARTOGRAF
Partograf merupakan alat bantu untuk mencatat informasi berdasarkan observasi, anamnesis
dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan, hal tersebut sangat penting
khususnya untuk membuat keputusan klinis selama kala I persalinan.
Kegunaan
utama partograf :
· Mengamati
dan mencatat informasi kemajuan persalinan dengan memeriksa dilatasi serviks
saat pemeriksaan dalam
· Menentukan
apakah persalinan berjalan normal atau persalinan lama, sehingga bidan dapat
membuat deteksi dini mengenai kemungkinan persalinan lama.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk
·
Mencatat hasil
observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui
periksa dalam.
·
Mendeteksi
apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan dernikian juga dapat
mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
·
Data pelengkap
yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan
proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu
bersalin dan bayi baru 1ahir
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan untuk:
·
Mencatat
kemajuan persalinan
·
Mencatat kondisi
ibu dan janinnya
·
Mencatat asuhan
yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
·
Menggunakan
informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan
·
Menggunakan
informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat
waktu.
Partograf digunakan harus pada kondisi sebagai berikut:
·
Untuk semua ibu
dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting dari asuhan
persalinan.
·
Partograf harus
digunakan untuk semua persalinan, baik normal maupun patologis.
·
Partograf sangat
membantu penolong persalinan dalam memantau, mengeva1uasi dan membuat keputusan
klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit.
·
Selama
persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan
swasta, rumah sakit, dll).
·
Secara rutin
oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan
proses kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri, Bidan, Dokter Umum, Residen dan Mahasiswa Kedokteran).
·
Penggunaan
partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya mendapatkan
asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu mencegah terjadinya
penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.
Pencatatan selama Fase Laten Kala
Satu Persalinan
Seperti
yang sudah dibahas, kala satu persalinan terdiri dari dua fase, yaitu fase
laten dan fase aktif yang diacu pada pembukaan serviks
·
Fase laten:
pembukaan serviks kurang dari 4 cm
·
Fase aktif:
pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm
Penggunaan
partograf secara rutin akan memastikan para ibu dab bayinya mendapatkan asuhan
yang aman dan tepat waktu. Selain itu juga mencegah terjadinya penyulit yang
dapat mengancamkeselamatan jiwa mereka.
Berikut ini
adalah komponen dalam halaman depan partograf :
·
Informasi
tentang ibu
·
Kondisi janin
·
Kemajuan
persalinan
·
Jam dan waktu
·
Kontraksi uterus
·
Obat-obat dan
cairan yang diberikan
·
Kondisi ibu
·
Asuhan
pengamatan dan keputusan klinik lainnya.
Kala Satu Persalinan
Selama fase laten, semua
asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dicatat secara terpisah,
baik di catatan kemajuan persalinan maupun di Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu
Hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama
fase laten persalinan. Semua asuhan dan intevensi juga harus dicatatkan.
Kondisi ibu dan bayi juga harus
dinilai dan dicatat dengan seksama, yaitu:
·
Denyut jantung
janin (DJJ) diperiksa setiap 1/2 jam
·
Frekuensi dan
lamanya kontraksi uterus diperiksa setiap 1/2 jam
·
Nadi diperiksa
setiap 1/2 jam
·
Pembukaan
serviks diperiksa setiap 4 jam
·
Penurunan bagian
terbawah janin diperiksa setiap 4 jam
·
Tekanan darah
dan temperatur tubuh diperiksa setiap 4 jam
·
Produksi urin,
aseton dan protein: setiap 2 sampai 4 jam
Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis disebutkan adanya penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya.
Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis disebutkan adanya penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya.
Bila tidak ada
tanda-tanda kegawatan atau penyulit, ibu boleh pulang dengan instruksi untuk
kembali jika kontraksinya menjadi teratur, intensitasnya makin kuat dan
frekuensinya meningkat. Apabila asuhan persalinan dilakukan di rumah, penolong
persalinan hanya boleh meninggalkan ibu setelah dipastikan bahwa ibu dan
bayinya dalam kondisi baik. Pesankan pada ibu dan keluarganya untuk menghubungi
kembali penolong persalinan jika terjadi peningkatan frekuensi kontraksi. Rujuk
ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika fase laten berlangsung lebih dari 8
jam.
Pencatatan Selama Fase Aktif
Persalinan
Halaman depan
partograf menginstruksikan observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan
menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase
aktif persalinan, yaitu:
1.
Informasi
tentang ibu:
·
Nama, Umur;
·
Gravida, Para,
Abortus (keguguran);
·
Nomor catatan
medikal/Nomor Puskesmas;
·
Tanggal dan
Waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan
mulai merawat ibu);
·
waktu pecahnya
selaput ketuban.
2.
Kondisi janin:
·
DJJ
·
Warna dan adanya
air ketuban;
·
Penyusupan
(molase) kepala janin
·
Penurunan bagian
terbawah atau presentasi janin;
·
Garis waspada
dan garis bertindak..
Jam dan waktu:
·
Waktu mulainya
fase aktif persalinan
·
Waktu aktual
saat pemeriksaan atau penilaian.
Kontraksi uterus:
·
Frekuensi
kontraksi dalam waktu 10 menit
·
Lama kontraksi
(dalam detik) .
·
Obat-obatan dan
cairan yang diberikan:
·
Oksitosin
·
Obat-obatan
lailnnya dan cairan IV yang diberikan
Kondisi ibu:
·
Nadi, tekanan
darah dan temperatur tubuh;
·
Urin (volume,
aseton atau protein).
Asuhan,
pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang tersedia di
sisipartograf atau di catatan kemajuan persalinan).
Mencatat Temuan Pada Partograf
1.
lnformasi
Tentang Ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti
pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai: jam
atau pukul pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase
laten. Catat waktu pecahnya selaput ketuban.
2.
Keselamatan dan
kenyamanan janin
Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk
pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala
janin).
·
Denyut jantung
janin
Nilai dan catat denyut jantung
janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tandatanda gawat
janin). Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukkan waktu 30 menit. Skala
angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi
tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian
hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas dan bersambung
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal pada angka 180
dan 100. Sebaiknya, penolong harus waspada bila DJJ mengarah hingga dibawah 120
atau diatas 160. Untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ
melampaui kisaran normal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang
yang tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf.
·
Warna dan adanya
air ketuban
Nilai air kondisi ketuban setiap
kali melakukan periksa dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban
pecah. Catat temuan temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan
lambang-lambang berikut ini
U : Selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
J : Selaput
ketuban sudah pecah dan air ketuban jemih
M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur mekonium.
D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur darah
K : Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak
mengalir lagi ("kering")
Mekonium dalam cairan
ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali
tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat
janin (denyut jantung janin <100 atau > 180 kali per menit) maka ibu harus segera
dirujuk Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang
memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat daruratan obstetri dan bayi baru
lahir.
·
Penyusupan
(Molase) Tulang Kepala Janin
Penyusupan adalah indikator
penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap
bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar detajat penyusupan atau
tumpang-tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan risiko
disproporsikepala-panggul (CPD). Ketidak-mampuan untuk berakomodasi atau
disproporsi ditunjukkan melalui derajat penyusupan atau tumpang-tindih (molase)
yang berat sehingga tulang kepala yang saling menyusup, sulit untuk dipisahkan.
Apabila ada dugaan disproprosi kepala-panggul maka penting untuk tetap memantau
kondisi janin serta kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang
sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan proporsi kepala-panggul (CPD) ke fasilitas
kesehatan rujukan. Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar
tulang (molase) kepala janin.
Catat temuan yang ada di kotak
yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambangberikut ini:
0 : Tulang-tulang kepala janin terpisah,
sutura dengan mudah dapat dipalpasi
1 :
Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : Tulang-tulang kepala janin saling
tumpang tindih tetapi masih dapat
dipisahkan
3 : Tulang-tulang kepala janin saling
tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
Kolom dan lajur kedua pada
partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera
di kolom paling kiri adalah besamya dilatasi serviks. Nilai setiap angka sesuai
dengan besamya dilatasi serviks dalam satuan centimeter dan menempati lajur dan
kotak tersendiri.
Perubahan nilai atau perpindahan
lajur satu ke lajur yang lain menunjukkan penambahan dilatasi serviks sebesar 1
cm. Pada lajur dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah janin
tercantum arigka 1-5 yang sesuai dengan metode perlimaan seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya (Menentukan Penurunan Janin). Setiap kotak segi empat
atau kubus menunjukkan waktu 30 menit untuk pencatatat waktu pemeriksaan,
denyut jantung janin, kontraksi uterus dan frekuensi nadi ibu.
3.
Kemajuan
persalinan
·
Pembukaan
serviks
Dengan menggunakan metode yang
dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan
serviks setiap 4 jam (lebih sering
dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif
persalinan, catat pada partograf setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda
'X' harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur besamya pembukaan
serviks.
Perhatikan:
Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan
serviks yang sesuai dengan besamya pembukaan serviks pada fase aktif persalinan
yang diperoleh dari hasil periksa dalam.
Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan,
temuan (pembukaan serviks) dari hasil periksa dalam harus dicantumkan pada
garis waspada. Pilih angka yang sesuai dengan bukaan serviks (hasil periksa
dalam) dan cantumkan tanda 'X' pada ordinat atau titik silang garis dilatasi
serviks dan garis waspada.
Hubungkan tanda 'X' dari setiap pemeriksaan dengan
garis utuh (tidak terputus)
·
Penurunan bagian
terbawah janin
Setap kali melakukan periksa
dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering (jika ditemukan tandatanda penyulit).
Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yang menunjukkan
seberapa jauh bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul. Pada
persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya
bagian terbawah janin.
Tapi ada kalanya, penurunan
bagian terbawah janin baru terjadi setelah pembukaan serviks mencapai 7 cm.
Tulisan "Turunnya kepala" dan garis tidak terputus dari 0-5, tertera
di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda '0' yang ditulis
pada garis waktu yang sesuai. Sebagai cantah, jika hasil pemeriksaan palpasi
kepaia di atas simfisi pubis adalah 4/5 maka tuliskan tanda "0" di
garis angka 4. Hubungkan tanda '0' dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak
terputus
·
Garis waspada
dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada
pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap
diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan selama
fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks
mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam),
maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya : fase aktif yang
memanjang, serviks kaku, atau inersia uteri hipotonik, dll).
Pertimbangkan perlunya melakukan
intervensi bermanfaat yang diperlukan, rnisalnya : persiapan rujukan ke
fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang memiliki
kemampuan untuk menatalaksana penyulit atau gawat darurat obstetri. Garis
bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada.
Jika pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis
bertindak maka hal ini menunjukkan perlu diakukan tindakan untuk menyelesaikan
persalinan. Sebaiknya, ibu harus sudah berada di tempat rujukan sebelum garis
bertindak terlampaui.
4.
Jam dan waktu
a.
Waktu Mulainya
Fase Aktif Persalinan
b.
Di bagian bawah
partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi
angka 1-12. Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif
persalinan.
c.
Waktu Aktual
Saat Pemeriksaan atau Penilaian
Di bawah lajur kotak untuk waktu
mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat
pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan
dengan dua kotak waktu tiga puluh menit yangN berhubungan dengan lajur untuk
pencatatan pembukaan serviks, DJJ di bagian atas dan lajur kontraksi dan nadi
ibu di bagian bawah. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, cantumkan
pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan
ini di kotak waktu yang sesuai.
Sebagai contoh, jika hasil periksa dalam menunjukkan pembukaan serviks adalah 6 cm pada pukul 15.00, cantumkan tanda 'X' di garis waspada yang sesuai dengan lajur angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu aktual di kotak pada lajur waktu di bawah lajur pembukaan (kotak ke tiga dari kiri).
Sebagai contoh, jika hasil periksa dalam menunjukkan pembukaan serviks adalah 6 cm pada pukul 15.00, cantumkan tanda 'X' di garis waspada yang sesuai dengan lajur angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu aktual di kotak pada lajur waktu di bawah lajur pembukaan (kotak ke tiga dari kiri).
5.
Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan
"kontraksi per 10 menit" disebelah luar kolom paling kiri. Setiap
kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah
kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10
menit dengan cara mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan
angka yang mencerrninkan temuan dari hasil pemeriksaan kontraksi . Sebagai
contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit, maka
lakukan pengisian pada 3 kotak kontraksi
6.
Obat-Obatan Dan
Cairan Yang Diberikan
Dibawah lajur kotak observasi
kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin,obat-obat lainnya
dan cairan IV.
·
Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
·
Obat-obatan lain
dan cairan IV Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV
dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
7.
Kesehatan dan
kenyamanan Ibu
Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan
partograf terdapat kotak atau ruang untuk mencatat kondisi kesehatan dan
kenyamanan ibu selama persalinan.
a.
Nadi, tekanan
darah dan suhu tubuh
Angka di sebelah kiri bagian
partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu. Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan
(lebih sering jikadiduga adanya penyulit). Beri tanda titik (.) pada kolom
waktu yang sesuai.
Nilai dan catat tekanan
darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika diduga
adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.
Nilai dan catat temperatur
tubuh ibu (lebih sering jika teIjadi peningkatan mendadak atau diduga adanya
infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh pada kotak yang sesuai.
b.
Volume urin,
protein dan aseton
Ukur dan catat jumlahjproduksi
urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkernih). Jika
memungkinkan, setiap kali ibu berkernih, lakukan pemeriksaan aseton dan protein
dalam urin.
8. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil
pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom partograf, atau buat catatan
terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat
membuat catatan persalinan. Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinis
mencakup:
·
Jumlah cairan
per oral yang diberikan.
·
Keluhan sakit
kepala atau penglihatan (pandangan) kabur.
·
Konsultasi
dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan, dokter umum).
·
Persiapan sebelum
melakukan rujukan.
·
Upaya rujukan.

3. PENCATATAN
PADA LEMBAR BELAKANG PARTOGRAF
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk
mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta
tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I sampai kala IV (
termasuk bayi baru lahir), itulah sebabnya bagian ini disebut catatan
persalinan. Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas
terutama selama persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong mencegah terjadinya
penyulit dan membuat keputusan klinis, terutama pada pemantauan kala IV
(mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain itu, catatan
persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan
untuk menilai/memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan
persalinan yang bersih dan aman.
Catatan persalinan terdiri atas unsur-unsur berikut :
·
Data dasar
·
Kala I
·
Kala II
·
Kala III
·
Bayi baru lahir
·
Kala IV
4. CARA
PENGISIAN PARTOGRAF
Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir
setiap pemeriksaan, lembar partograf ini diisi setelah seluruh proses
persalinanselesai. Adapun cara pengisian catatan persalinan pada lembar
belakang partograf secara lebih rinci disampaikan menurut unsur-unsurnya
berikut.
1.
Data
Dasar
Data
dasar terdiri atas tanggal, nama bidan, tempat persalinan, catatan, alasan
merujuk, tempat rujukan, dan pendamping pada saat merujuk. Isi sediakan, atau
dengan cara memberi tanda pada kotak disamping jawaban yang sesuai, dan untuk
pertanyaan nomor 8 jawaban bisa lebih dari satu.
Data dasar adalah
data yang perlu dipenuhi, antara lain sebagai berikut:
1. Tanggal
:
..............................................................................................
2. Nama
Bidan : .......................................................................................
3. Tempat
bersalin
Rumah ibu Puskesmas
Polindes Rumah sakit
Klinik
swasta Lainnya....................................................
4. Alamat
tempat persalinan : ......................
5. Catatan
: rujuk, kala I/II/III/IV
6. Alasan
merujuk.........................................
7. Tempat
rujukan : ......................................
8. Pendamping
saat merujuk...............................
Bidan Teman
Suami Dukun
Keluarga Tidak ada
|
2.
Kala
I
Kala
I terdiri atas pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis
waspada, masalah yang dihadapi, penatalaksanaan, dan hasil penatalaksanaan
tersebut. Untuk pertanyaan nomor 9 lingkari jawaban yang sesuai. Pertanyaan
lainnya hanya diisi terdapat masalah lainnya dalam pesalinan.
9. Partograf
melewati garis waspada : Y/T
10. Masalah
lain :.........................................................
........................
11. Penalaksanaan
masalah tersebut : ..................................................
12. Hasil
:
.............................................................................................
|
3.
Kala
II
Kala II terdiri atas episiotomi, pendamping
persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan dan
hasilnya. Beri tanda centangpada kotak disamping jawaban yang sesuai. untuk
pertanyaan nomor 13, jika jawaban “ya”, tulis indikasi sedangkan untuk nomor 15
dan 16 jika jawabnnya “ya” isi jenis tindakan yang telah dilakukan. Untuk
pertanyaan nomor 14, jawaban bisa lebih dari 1, sedangkan untuk masalah lainnya
diisi apabila terdapat masalah lain pada kala II.
13. Episiotomi
Ya, Indikasi..............................................................................................
Tidak
14. Pendamping
saat persalinan
Suami Dukun
Keluarga Tidak ada
Teman
15. Gawat
janin
Ya,
Tindakan
.....................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
Tidak
Pemeriksaan DJJ
setiap 5-10 menit selama kala II, hasilnya
16. Distosia
bahu
Ya, tindakan yang
dilakukan
..................................................................................................................
.................................................................................................................
.............................................................................................................
Tidak
17. Masalah
lain,
sebutkan.....................................................................
18. Penatalsanaan
masalh
tersebut................................................................
19
Hailnya,.....................................................................................................
|
4.
Kala
III
Kala III terdiri atas lama kala III, pemberian
oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, fundus, plasenta lahir lengakap,
plasenta tidak lahir > 30 menit, laserasi, atonia ueri, jumlah pendarahan,
penatalaksanaan, dan hasilnya. Isi jawaban pada tembat yang disediakan dan beri
tanda √ pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk nomor 25, 26, dab 28,
lingkari jawaban yang benar.
Informasi
untuk kala III adalah sebagai berikut .
Lama kala III
:......................................................menit
Pemberian oksitosin
10 U IM?
Ya,waktu..........................,menit
sesudah persalinan
Tidak,
alasan............................................................
Pemberian ulang
oksitosin (2x)
Ya,
alasan.................................................................
Tidak
Penegangan tali pusat
terkendali ?
Ya,
Tidak, alasan..............................................................
Masase fundus uteri?
Ya,
Tidak,
alasan.............................................................
Plasenta lahir
lengkap (intact) : ya/Tidak
Jika tidak lengkap,
tindakan yang dilakukan :
a......................................................................................
b.......................................................................................
c.............................................................................................
26. Plasenta tidak lahir >30 menit :
ya/tidak
Ya, tindakan
a....................................................................................................
b.......................................................................................................
c....................................................................................................
27. Laserasi
Ya.
Dimana........................................................................................
Tidak
28. Jika laserasi perineum, derajat
1/2/3/4
Tindakan :
Penjahitan, dengan/tanpa anestesi
Tidak
dijahit,alasan.................................................................................................
29. Atonia
uteri,
Ya, tindakan
a.............................................................................................................
b............................................................................................................
c..............................................................................................................
tidak
30. Jumlah
perdarahan :..................................................................ml
31. Msalah
lain, sebutkan
...................................................................
32.
Penatalkasanaan masalah
tersebut..................................................
33. Hasilnya:
.......................................................................................
|
5.
Bayi
Baru Lahir
Informasi tentang bayi baru lahir terdiri atas berat
dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian
ASI, masalah, penyerta,serta penatalksanaan terpilih dan hasilnya. Isi jawaban
pada tempat yang disediakan serta beri tanda pada kotak disamping jawaban yang
s sesuai. Untuk pertanyaan nomor 35 dan
36, lingkari jawaban yang sesuai, sedangkan nomor 38, jawaban bisa lebih dari
satu.
34. Berat
badan......................................................gram
35.
Panjang..............................................................cm
36. Jenis kelamin :
P/L
37. Penilaian bayi
baru lahir : baik/ada penyulit
38. Bayi lahir,
Normal, tindakan :
Menghangatkan
Hepatitis B Isap lendir
Mengeringkan
Selimut bayi dan tempatkan di sisi ibu
Tindakan pencegahan imfeksi mata (salep
mata tetrasiklin),
pemberian vit K, dan immunisasi
Asfiksia rungan,
pucat,biru, lemas, tindakan :
Menghangatkan
Bebaskan jalan nafas
Mengeringkan
Rangsangan taktil
Bungkus bayi dan tempatkan di sisi
ibu
Lain-lain, sebutkan.............................................
Cacat bawaan,
sebutkan...................................................................
39. Pemberian ASI
Ya, waktu
:.....................................................jam setelah lahir
40. Masalah lain, sebutkan...............................................................
|
6.
Kala
IV
Kala IV bertekanan darah, nadi, temperatur, tinggi fundus, kontraksi
uterus, kandung kemih, dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat
penting terutama untuk menilai apakah terdapat resiko atau terjadi perdarahan
pascapersalinan. Pengisian pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada
satu jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam
berikutnya. Isi kolom sesuai dengan hasil pemeriksaan dan jawab pertanyaan
mengenai masalh kala IV pada tempay yang telah disediakan. Bagian yang
digelapkan tidak usah diisi.

II.
DETEKSI
DINI KOMPLIKASI PADA MASA NIFAS DAN PENANGANANNYA
A.
6 Jam Postpartum
6 Jam setelah
persalinan tanda bahaya yang harus di deteksi secara dini yaitu:
1.
Atonia
uteri(uterus tidak berkontraksi)
2.
Robeka
jalan lahir yang dapat terjadi pada daerah perineum,dinding vagina dan
serviks,hematoma (bengkak pada daerah vulva),adanya sisa plasenta seperti
selaput,kotiledon.
3.
Ibu
mengalami bendungan atau hambatan pada payudara
4.
Retensi
urine ( air seni tidak dapat keluar dengan lancar atau tidak keluar sama
sekali).
Agar tidak terjadi hal-hal seperti ini perlu dilakukan
beberapa upaya antara lain:
·
Pencegahan
pendarahan masa nifas karena atonia uteri
·
Deteksi
dan merawat penyebab lain pendarahan
Jika pendarahan berlanjut lakukan perujukan atau berikan
konseling pada ibu dan salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah
pendarahan masa nifas karena atonia uteri.
Lakukan hubungan antara ibu dan bayi (bonding attacment),jaga bayi tetap sehat
dengan cara mencegah hipotermi,jika petugas kesehatan menolong persalinan,dia
harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaaan sehat (saifuddin 2006).
B. 6 Hari-6 Minggu Postpartum
Masa nifas (6 hari
sampai 6 minggu postpartum) tanda bahaya yang harus dilakukan deteksi dini
adalah:
·
Mastitis
( radang payudara)
·
Abses
payudara (payudara mengeluarkan nanah)
·
Metritis
·
Peritonitis
Upaya pencegahan yang dapat bidan lakukan yakni, memastikan
involusi uterus berjalan normal seperti uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilikus, tidak ada pendarahan abnormal, tidak ada bau, menilai adanya
tanda-tanda demam, infeksi dan lain-lain.
Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan
istirahat. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit serta memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi ,tali pusat,menjaga bayi tetap hangat,dan merawat bayi sehari-hari.
Komplikasi
Dan Penyakit Dalam Masa Nifas
a. Infeksi
pada nifas
1.
Pengertian
Istilah infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan
oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genital pada waktu persalinan dan
nifas. Infeksi ini merupakan sebab kematian maternal yang paling banyak.
Demam nifas atau dengan kata lain morbiditas puerperalis
meliputi demam dalam masa nifas oleh sebab apapun. Menurut joint comite on maternal welfarey (Amerika Serikat) definisi
morbiditas puerperalis ialah kenaikan suhu sampai dengan 38 derajat celcius
atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama postpartum,dengan mengecualikan
hari pertama. Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari ( sarwono
2008).
2.
Pencegahan
terjadinya infeksi
a.
Selama
kehamilan, anemia merupakan predisposisi untuk infeksi, oleh sebab itu anemia
harus di usahakan memperbaikinya, keadaan gizi merupakan faktor penting,karena
diet harus diperhatikan, koitus salama hamil tua harus hati-hati jangan sampai
mengakibatkan pecahnya ketuban dan
terjadinya infeksi
b.
Selama
persalinan membatasi sebanyak mungkin masuknya kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga
supaya persalinan tidak lama, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit
mungkin, mencegah terjadinya pendarahan dan petugas memakai proteksi dan alat
persalinan yang steril dan melakukan tranfusi darah jika ada indikasi.
c.
Selama
nifas, sesudah partus terdapat beberapa luka di jalan lahir, hari-hari pertama
luka harus di jaga agar tidak terkena infeksi
b. Endometritis
1.
Pengertian
Endometritis dalah
radang pada endometrium, kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka
bekas insersi plasenta dan dalam waktu singkat mengikut sertakan seluruh
endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang patogen, radang terbatas pada
endometrium.
Jaringan desidua
bersama dengan bekuan darah menjadi nekrotis dan mengeluarkan getah berbau dan
terdiri atas keping-keping nekrotis serta cairan.
2.
Gambaran
Klinik
Gambaran klinik
tergantung jenis dan pirulensi kuman, daya tahan penderita, dan derajat trauma
jalan lahir. kadang-kadang locia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta, dan
selaput ketuban, keadaan ini dinamakan lociometra dan dapat menyebab kenaikan
suhu yang segera hilang setelah diatasi, uterus pada endometritis agak membesar, nyeri pada perabaan, uterus
lembek, pada endometritis tidak meluas padahari pertama penderita mersa kurang
sehat, perut nyeri, mulai hari ketiga suhu meningkat, nadi cepat, locia
kadang-kadang berbau.
3.
Penatalaksanaan
dan pengobatan (sesuai instruksi dokter)
Jika bidan
menemukan kasus ini di tempat praktek lakukan kolaborasi dengan dokter untuk
dilkukan rujukan yang paling penting stabilkan dulu kondisi ibu dengan
pemberian cairan jika kondisi tidak terlalu parah beri minum lewat mulut, kemudian
lakukan pemasangan infus sebelum dirujuk kerumah sakit.
c. Perotonitis
1.Pengertian
Peritonitis adalah
inflamasi peritonium lapisan membran serosa rongga abdomen dan meliputi visera
yang merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun
kronis/kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan, dan nyeri lepas pada
palpasi, defans muskular, dan tanda-tanda umum implamasi.
Peritonitis adalah
peradangan peritonium yang merupakan
pembungkus visera dalam rongga perut. Peritonitis adalah suatu respon implamasi
atau supuratif dari peritonium yang disebabkan oleh iritasi kimiawi atau invasi
bakteri.
3.
Penyebab
peritonitis
Infeksi pada
peritonitis terbagi atas penyebab primer (peritonitis spontan), sekunder (berkaitan
dengan proses patologis pada organ visera), atau penyebab tersier (infeksi rekuren atau persisten
sesudah terapi awal yang adekuat). Infeksi pada abdomen dikelompokan menjadi
pertitonitis infeksi (umum) dan atas abdomen (lokal ) infeksi peritonitis
relatif sulit ditegakan dan sangat bergantung
dari penyakit yang mendasarinya. Penyebab peritonitis ialah spontan
neoues bakterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hati yang kronik. penyebab
lain peritonitis sekunder ialah berporasi apendisitis,terporasi ulkus peptikum
dan duo denum,perporasi kolon akibat diperdikulitis, volvulus dan kanker, dan
stramulasi kolon anseden.
Peritonitis umum
disebabkan kuman yang sangat patogen dan merupakan penyakit berat seperti:suhu
meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut gembung dan nyeri,ada
defens musculaire musculaire, muka penderita yang mula-mula kemerahan menjadi
pucat, mata cekung, kulit muka dingin.
4.
gejala
dan tanda
Peritonits yang
tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis yang ditandai
dengan: demam, perut bawah nyeri, keadaan umum baik, pada pelvioperitonitis
bisa terdapat pertumbuhan abses, nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum
douuglas harus dikeluarkan,ibu dagan peritonitis dapat mengalami gejala akut, penyakit
ringan dan terbatas, atau penyakit berat dan sitemik dengan syok sepsis.
Tanda-tanda
peritonitis relatif sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi atau pasien
yang sepsis bisa menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi hingga menjadi
hipotensi. Dinding perut akan terasa tegang
karena mekanisme antisipasi penderita
secara tidak sadar untuk menghindari palpasi nya yang meyakinkan atau tegang karena iritas peritoneum.
5.
penanganan
peritonitis
Pasang selang nasogastrik, infus cairan ringger laktat, berikan
antibiotik kombinasi, sampai 48 jam bebas panas.ampisilin 3 g i.v setiap 6 jam,
ditambah gentamisin 5 mg/kg BB i.v.tiap 24 jam,ditambah metronidazol 500mg
i.v.tiap 8 jam, jika perlu lakukan laparatomi (dikerjakan oleh dokter) untuk
drinase.
d. Bendungan
Asi
1.
Pengertian
Bendungan ASI
adalah terjadinya pembengkakan pada payudara
karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyeabkan bendungan ASI dan
rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Prawirohardjo,2005:700)
Bendungan ASI dapat
terjadi karena adanya penyempitan duktus laktiferus pada payudara ibu dan dapat
terjadi pula ibu dan memiiki kelainan puting susu (misalnya puting
datar, terbenam dan cekung).
2.
faktor-faktor
penyebab
a)
Pengosongan
mamae yang tidak sempurna (dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI
pada ibu yang produksi ASI-nya berlebihan, apabila bayi sudah kenyang dan
selesai menyusu & payudara tidak
dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI didalam payudara. Sisa ASI tersebut
jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI).
b)
Faktor
hisapan bayi yang tidak aktif (pada masa laktasi, bila ibu tidak menyusukan
bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif menghisap,maka akan
menimbulkan bendungan ASI.
c)
Faktor posisi menyusui yang salah (teknik menyusui
yang salah dalam menyusui dapat
mengakibatkan puting susu lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi
menyusu. Akibatnya ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI).
d)
Puting
susu terbenam (puting susu terbenam akan
menyulitkan bayi dalam menyusu.karena
bayi tidak dapat menghisap puting
dan areola, bayi tidak mau menyusu
sehingga terjadi bendungan ASI).
e)
Puting
susu terlalu panjang (puting susu teralu panjang menimbulkan kesulitan pada
bayi menyusu, karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus
laktiferus untuk mengeluarkan ASI.Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.
e. Perdarahan
pervaginam
Perdarahan post partum adalah perdarahan pervaginam
yang lebih dari 500 ml setelah bersalin.
Menurut waktu terjadinya terdiri atas 2 bagian :
a.
Perdarahan pasca persalinan primer (Early Postpartum Haemorraghe) yang terjadi
dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir
b.
Perdarahan pasca persalinan
sekunder (Late Post Partum Haemorraghe)
yang terjadi setelah 24 jam pertama.
Penyebab perdarahan postpartum :
a. Atonia uteri
b. Robekan
jalan lahir
c. Retensio
plasenta
d. Sisa
plasenta
e. Inversio
uterus
Penanganan Pencegahan perdarahan postpartum
Tindakan pencegahan tidak hanya dilakukan sewaktu
bersalin, namun sudah dimulai sejak wanita hamil dengan antenatal care yang
baik. Kasus-kasus yang memiliki predisposisi atau riwayat akan terjadi
perdarahan postpartum sangat dianjurkan untuk melahirkan dirumah sakit.
Penanganan Umum
1) Mintalah
bantuan
2) Lakukan
pemeriksaaan secara cepat keadaan umum ibu termasuk tanda-tanda vital
3) Jika
dicurigai syok lakukan tindakan penanganan syok
4) Pastikan
bahwa kontraksi uterus baik,
a.
Lakukan
pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. Bekuan darah yang terperangkap di uterus akan
menghalangi kontraksi uterus yang efektif
b.
Berikan
10 unit oksitosin I.M
5) Pasang
infus
6)
Lakukan
kateterisasi dan pantau cairan keluar-masuk
7)
Periksa
kelengkapan plasenta
8)
Periksa
kemungkinan robekan serviks, vagina dan perineum
9)
Jika
perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
10) Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah peradarahan
berhenti), periksa kadar Hb:
a.
Jika
Hb < 7gr/dl atau hematokrit kurang dari 20% (anemia berat), beri SF 600 mg
atau ferous fumarat 120 mg ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali sehari
selama 6 bulan
b.
Jika
Hb 7 – 11 gr/dl . beri SF 600 mg atau ferous fumarat 60 mg ditambah asam folat
400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan
Penanganan dan
pengobatan
Pada setiap
perdarahan postpartum harus dicari penyebabnya :
1. Palpasi
uterus : untuk memeriksa bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
2. Memeriksa plasenta dan ketuban apakah lengkap atau tidak
3. Lakukan eksplorasi kavum uteri untuk mencari :
sisa plasenta dan selaput ketuban, robekan rahim dan plasenta suksenturiata
4. Inspekulo: untuk melihat robekan pada serviks, vagina dan
varises yang pecah
5. Pemeriksaan
laboratorium: periksa darah, Hb, Clot Observation Test (COT), dll.
f.
Infeksi
payudara
1. konsep
dasar
Dalam
masa nifas, dapat terjadi infeksi dan peradangan (mastitis). Pada mammae,
terutama pada primipara. Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu tetapi
juga melalui peredaran darah.
Mastitis ini biasanya diderita oleh ibu
yang baru melahirkan dan menyusui. Radang ini terjadi karena ibu tidak menyusui
atau puting payudaranya lecet karena menyusui. Kondisi ini bisa terjadi pada
satu atau kedua payudara sekaligus.
Mastitis merupakan peradangan payudara
yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi. Penyakit ini biasanya
menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis
puerperalis.
2. Penyebab
Mastitis biasanya disebabkan oleh
infeksi Stapilococus aureus dan sumbatan saluran susu yang berlanjut. Dapat
juga disebabkan oleh : payudara tidak disusukan secara adekuat; puting lecet
sehingga mudah masuk kuman, payudara bengkak; penyangga payudara yang terlalu
ketat; diet ibu yang jelek; kurang istirahat sehingga anemia yang menimbulkan
infeksi.
3. Tanda
dan gejala
Tanda-tanda: rasa panas yang disertai
dengan kenaikan suhu, penderita merasa lesu, tidak nafsu makan, penyebab
stapilococus aureus, mammae membesar, nyeri dan pada suatu tempat kulit merah,
membengkak sedikit, nyeri pada perabaan.
Adanya bengkak, rasa nyeri di payudara,
kemerahan di payudara, keras, suhu tubuh meningkat, infeksi terjadi 1-3 minggu
pasca persalinan.
Gejala mastitis : ibu memperhatikan
adanya bercak panas, area nyeri tekan yang akut; ibu dapat merasakan bercak
kecil yang keras di daerah nyeri tekan tersebut; ibu mengeluh lemah dan
sakit-sakit pada otot, seperti flu; mengeluh sakit kepala; suhu di atas 38
derajat; terdapat area luka yang terbattas atau lebih luas pada payudara; kulit
pada payudara dapat tampak kemerahan atau bercahaya; kedua payudara terasa
keras dan tegang pembengkakannya.
4. Pencegahan
Perawatan
puting susu pada waktu laktasi merupakan usaha penting untuk mencegah mastitis.
5. Penanganan
Berikan antibiotik antara lain :
Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari; atau eritromisin 250
mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari. Bantu ibu agar tetap meneteki,
kompres dingin sebelum meneteki untuk mengurangi bengkak dan nyeri; berikan
Paracetamol 500 mg; evaluasi 3 hari. Pencegahan
dan penanganan umum oleh bidan hampir sama dengan bendungan ASI.
g.
Tromboplebitis
1. Konsep
dasar
Tromboplebitis adalah kelainan pada masa
nifas yaitu masa setelah melahirkan dimana terjadi sumbatan pada pembuluh darah
yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku.
2. Etiologi
-
Perluasan infeksi endometrium
-
Mempunyai varises pada vena
-
Obesitas
-
Pernah mengalami tromboplebitis
-
Berusia 30 tahun lebih
Faktor
predisposisi
-
Kurang gizi
-
Anemia
-
Kelelahan
-
Proses persalinan bermasalah
3. Penanganan
-
Kaki ditinggikan untuk mengurangi
pembengkakan, setelah melakukan gerak pada kaki hendaknya tetap dibalut elastik
atau memakai kaos kaki panjang yang elastis selama mungkin, kompres hangat pada
kaki.
4. Pencegahan
-
Dalam kehamilan : diet harus memenuhi
kebutuhan kehamilan dan nifas, harus seimbang dan mengandung cukup vitamin.
-
Selama persalinan: membatasi masuknya
kuman-kuman ke dalam jalan lahir, membatasi perlukaan, membatasi perdarahan, da
membatasi lamanya persalinan.
-
Untuk menghindari masuknya kuman, teknik
aseptis harus diperhatikan.
h.
Luka
perineum
Luka
perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu:
a. Ruptur
adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara
alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses
persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek
sulit dilakukan penjahitan.
b. Episiotomi
adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina yang
dilakukan tetap sebelum keluarnya kepala bayi
Dikatakan
robekan perineum tingkat I, jika robekan hanya terjadi pada selaput lendir
vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perineum sedikit; tingkat II, jika
robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain mengenai selaput lendir vagina
juga mengenai muskulus perinei
transversalis, tapi tidak mengenai sfingter ani, tingkat III, jika
robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mengenai otot-otot
sfingter ani.
faktor
yang mempengaruhi perawatan perineum
-
Gizi: faktor gizi terutama protein akan
sangat mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka pada penyembuhan luka pada
perineum karena penggantian jaringan sangat membutuhkan protein.
-
Obat-obatan : steroid dapat menyamarkan
adanya infeksi dengan menganggu respon inflamasi normal; antibiotik spektrum
luas/spesifik efektif bila diberikan segara sebelum pembedahan untuk patologi
spesifik atau kontaminasi bakteri.
-
Keturunan : salah satu sifat genetik
yang mempengaruhi adalah kemampuan dalam sekresi insulin dapat dihambat,
sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi penipisan protein
kalori.
-
Budaya dan keyakinan: budaya dan
keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum.
Dampak perawatan luka perinium yang
tidak benar
Perawatan
perinium yang dilakukan dengan baik dapat mmenghindarkan hal sebagai berikut
ini:
Infeksi: kondisis perinium yang terkena
lochea dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat
menyebabkan timbulnya infeksi pada perinium.
Komplikasi:
munculnya infeksi pada perinium dapat menghambat pada saluran kandung kemih
ataupjun pada jalan
lahir yang dapat berakibat infeks pada
munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi jaln lahir.
Kematian ibu postpartum: penanganan
komplikasi yang lambat dapat menyebabakanterjadinya kematian pada ibu
postpartum mengingat kondisis ibu pospartum masih lemah.
Fase-fase penyembuhan luka
Fase-fase
penyembuhan luka menurut smelzer adalah sebagai berikut:
a. Fase
implamasi, berlangsung 1 sampai 4 hari
Respon vaskuler dan
seluler terjadi ketika jaringan teropong atau mengalami cedera. Vasokontriksi
pembuluh terjadi dan bekuan fibrinoplatelet terbentuk dalam upaya untuk mrngjontrol pendarahan. Reaksi ini
berlangsung sampai 5 menit sampai 10 menit dan diikuti oleh enzim intra
seluler, juga histamin di lepaskan, yang meningkatkan permeabilitas kapiler.
Ketika
mikrosirkulasi mengalami kerusakan, elemen darah seperti antibody, plasma protein, elektrit,
komplemen, dan air menembus spasium vaskuler selama 2 sampai 3 hari,
menyebabkan udema, teraba hangat , kemerahan dan nyeri.
b. Fase
proliferatif, berlangsung 5 sampai 20 hari.
Fibriblas memperbanyak
diri dan membentuk jaringan-jaringan untuk sel-sel bermigrasi. Sel-sel epitel
membentuk kumcup pada pinggiran luka:
kuncup ini berkembang menjadi kapiler, yang merupakan sumber nurtisa bagi granulasi
yang baru.
Setelah 2 minggu, luka
hanya memiliki 3% sampai 5% dari kekuatan aslinya. Sampai akhir bulan, hanya 35% sampai 59% kekuatan luka
tercapai. Tidak akan lebih dari 70%
sampai 80% kekuatan dicapai kembali.
Banyak vitamin, terutama vitamin c, membantu dalam proses metabolisme
yang terlbat dalam proses penyembuhan luka.
c. Fase
maturasi, berlangsung 21 hari sampai sebulan bahkan sampai tahunan.
Setelah 3 tahun setelah
cidera, fibroblas mulai mennggalkan luka. Jaringan parut tampak besar, sampai
fibril kalogen menyusun posisi yang
lebih padat. Hal ini, sejalah dengan dehidrasi , mengurangi njaringan parut
tetapi meningkatkan kekuatannya. Meturasi jaringan sepeerti ini terus berlanjut
dan mencapai kekuatan meksimum dalam 10
atau 12 minggu, tetapi tidak pernah mencapai kekuatann asalnya dari jaringan
sebelum luka.
Dalam
penatalaksanaannya bedah penyembuhan luka, luka digambarkan sebagai penyembuhan
melalui intensi pertama, kedua dan ketiga.
Penyembuhan melalui
intensi pertama (penytuan primer). Luka
dibuat secar aseptik, dengan pengrusakan jaringan minimum, daan
penutupan dengan baik, seperti dengan suture , sejmbuh dengan sedikit reaksi jaringan melalui intensi pertama, jaringan
granilasi tidak tampak dan pembentukan jaringan parut minimal.
Penyembuhan
melalui intensi kedua (granulasi). Pada luka dimana terjadi pembentukan pus
(supurasi) atau dimana tepi luka tidak
saling merapat, proses perbaikannya kurang sederhana dan membtuhkan waktu lebih lama.
Penyembuhan
melalui instensi ketiga (suture skunder). Jika luka dalam baik yang belum di suture atau terlepas dan
kemudian disuture kembali nantinya, dua permukaan granulasi yang berlawanan disambungkan. Hal ini
mengakibatkan jaringan parut yang lebih dalam dan luas.
Penatalaksanaannya
a)
Persiapkan pada ibu pospartum:
perawatan perinium sebaliknya dilakukan
dikamar mandi dengan posisi ibu jongkok jika ibu telah mampu atau berdiri
dengan posisi kaki terbuka. Alat dan bahan: alat yang digunakan adalah
botol, baskom dan gayung. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air hangat, pembalut nifas baru dan
antiseptik.
b)
Penatalaksanaan yang diberikan pada
ibu adalah: perawatan khusus perineal
bagi wanita setelah melahirkan
anak mengurangi rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi, dan
meningkatkan penyembuhan dengan prosedur
pelaksanaan menurut hamilton adalah cuci
tangannya; mengisi botol plastik yang
dimiliki dengan air hangat; buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah ke rectum dan letakkan pembalut tersebut kedalam
kantung plastik; berkemih dan BAB ke toilet; semprotkan ke seluruh periniun
dengan air; keringkan periniun dengan
menggunakan tissu dari depan ke belakang; pasang pembalut dari depan ke
belakang; cuci kembai tangan.
c)
Lakukan evaluasi, parameter yang
digunkan dalam evaluasi hasil peraeatan adalah: perinium tidak lembab. Posisi
pembalut tepat, ibu terasa nyaman.
i.
Gangguan
Fisikologis Masa Nifas
a) Depresi
postparum
1. Konsep dasar
Depresi postpartum adalah depresi
beratyang tejadi tujuh hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari.
Depresi postpartum pertamakali ditemukan oleh Pitt, pad tahun 1988,
depresipostpartum adalah depresi yang berfariasi dari hari kehari dengan
menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsumakan, dan kehilangan libido.
Tingkat keparahan depresi postpartum
berfariasi. Keaadaan ekstream yang palingringan yaitu saat ibu mengalami
“kesedihan semaentara” yang berlangsung sangat cepat pada masa awal post
partum, ini disebut dengan “the blues
atau maternity blues” gangguan postpartum yang paling berat disebut
sikosisi postpartum atau melancolia. Diantara kedua keaadan ekstream tersebut
terdapat keadaan yang relatif mempunyai tingkat keparahan sedang yang disebut
neurosa depresi atau deprsi postpartum (regina,2001).
Depresi postpartum merupakan tekanan
jiwa sesudah melahirkan, mungkin seorang ibu akan merasa benar-benar tidak
berdaya dan merasa serba kurang mamapu, tertindi oleh beban tanggung jawb
terhadap bayi dan keluarganya, tidak bisa melakukan apapun untuk enghilangkan
perasaan itu. Depresi post prtum dapat berlangsung 3 bulan atau lebih dan
brkembang menjadi depresi lain yang lbih berat atau lebih ringan. Gejalahnya
sama saja teteapi disamping itu ibu terlalu memikirkan kesehatan bayinya dan
kemampuannya sebagai seorang ibu (wilkinson,1995).
Jadi
pada dasarnyadepresi menyerang siapa saja, tetapi terutama mneyrang usia tengah
baya ( 35-50 th) misal nay karena gagalanya mencapai sasaran-sasaran yang telah
direncanakan anakk-anak mulai meninggalkan rumah dan lain-lain, semua ini bisa menyebabkan
depresi. Menurut catatan banyak psikiater orang-orang yang menikah lebihbanyak
yang mengalami depresi dari pada yang tidak menikah. Para ahli mengatakan bahwa
hal ini disebabkan oleh konflik-konflik interperssonal yang timbul dalam relasi
yang dekat didalam perkawinan.
Disamping itu perempuan dua kali lebih
banyak di diagnosa mengalami depresi daripada laki-laiki tetapi peenyebannya
belum diketahui dengan pasti
2. Predisposisi
Faktor resiko terjadinya depresi
postpartum diantaranya adalah ada didlam
keluarga penderita penyakit mental; kurangnya dukungan sosial dan dukungan
keluarga serta teman;kekhawatiran akan bayi yang sebetulnya sehat; kesulitan
selama persalinan dan melahirkan; merasa terasing dan tidak mampu;masalah
/perselisihan,perkawinan atau keuangan; kehamilan yang tidak diinginkan.
3. Etiologi
Penyebaab kesedihan atau depresi sehabis
melahirkan tidak jelas. Penurunan tingkat hormon yang tiba-tibsa, terutama
sekali estrogen dan progesteron dapat berperan. Depresi yang hadir sebelum
kehamilan lebih mungkin berkembang kedalam depresi post partum. Wanita yang
telah memiliki depresi sebelum hamil harus memberitahukan kepada dokter atau
bidan mengenai hal tersebut selama kehamilan. Depresi juga merupakansebuah
penyakit yang berlangssung didalam sebuah keluarga.
Faktor penyebab depresi postpartum
disebabkan oleh 4 faktor yiti sbb;
v Faktor
konstitusianal yaitu gangguan postpartum berkaitan dengan ststus aritas adalah
riwayat obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil, sampai bersalin serta
apakan ada komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi
lebih banyak pada wanita primipara. Wanita primipara lebih uumum memderita
blues karena setelah melahirkan wanitta primipara berada dalam proses adaptasi,
karena kalu duli ia hanya memeikrkan diri sendira, begitu bayinya lahir jika
ibu tidak paham perannya ia akan menjadi binggung sementara bayinya harus tetep
dirawat.
v Faktor
fisik, perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental
selama 2 minggu pertama menunjukan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan
kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis
setelah melahirkan dan priodelaten selam duahari di antar kelahiran dan
munculnya gejala.
v Faktor
psikologis, peralihan yang cepat dari keaadaan “dua dalam satu) pada akhir
krhamilan manjadi dua individu yaitu, ibu dan anak bergantung pada penyesuaian
psikologis individu. Klaus daN kennel mengindikasikan pentingnya cinta dalam
menenggulangi masa peralihan ini untuk memulai hubungan baik ibu antar ibu dan
anak.
v Ffaktor
sosial, paaykel mengemikakan baahwa pemukimam yang tidak memeadai lebih sering
menimbulkan depresi pada ibu-ibu selain kurang hya dukungan dalam perkawinan
4. Klasifikasi
Ada tiga tipe depresi postpartum
diantaranya yaitu :
Depresi ringan ( kemurungan). Inilah
tipe depresi ynag paling umum. Biasanya singkat dan tidak terlalu menggangau
kegiatan kegiatan normal. Peristiwa-peristiwa signifikan seperti hari liburan,
ulangtahun pernikahan, pekerjaan baru, pindah, demikian juga kebosanan dan frustassi
bisa menghasil kan satu keadaan hati yang murung.
Depresi sedang atau moderat (perasaan
takberpengharapan). Gejalanya hampirsama dengan depresi ringan, tetapi lebih
kuat dan lebih lama berakhir. Satu peristiwa yang tidak membahagiakan seperti
meninggalnya seorang kekasih, hilangnya karir, kemunduran dan lain-lain basanya
merupakan penyebab.
Depresi berat ( terpisah dari realita).
Kehilanga ninteres dengandunia luar dan perubahan tingkah laku yang serius dan
berkepanjangan merupakan karakteristinya. Ketidak seimbangan dakhil yang
mendalam biasanya merupan peenyababnya. Kadang-kadang gangguan yanag lain
seperti schizophrenia, alkoholisme atau kecanduan obat sering berkaitan dengan
depresi. Demikian juga gejala fisik akan menjadi nyata. Orang itu mengalami
misalnya delusi bahwa tubuhnya berubah. Penyakit
depresi manik adalah suatu bentuk depresi yang didalamnya seorang mengalami
keaadana hati yang ekstrim tinggi dan ekstrim rendah.
Adapun postpartum syndrom atau disstres
post partum adalah suatu kondisi dimana seseorang ibu seringkali merasa
uring-uringan muram atau bentuk-bentuk rasa tak bahagia lainnya. Fase ini dalam
jangka wktu dua hari sampai dua minggu pasca perslinan, syndromdrome ini masih
tergolong normal dan sifatnya sementara.
5. Tanda
dan Gejala
Gejala yang sering timbul yaitu sering menangis,mood yang berubah-ubah,
dan lekas marah sebagaimana merasakan kesedihannya. Seorang wanita dengan
dpresi postpartum bisa terlihat tidak tertarik dangan bayinya.
lengkap sekali penjelasnnya mengenai cara pengisian partograf, terimakasih banyak infonya
BalasHapus