Cari Blog Ini

Kamis, 09 Januari 2014

CARA PENGISIAN PATOGRAF

Pengisian Patograf
Selama kala 1 persalinan, rencana penatalaksanaan bidan termasuk memonitor kemajuan persalinan dengan partograf, memonitor keadaan ibu dan bayi, menganjurkan posisi dan tindakan yang menyenagkan ibu, dan menganjurkan keluarga untuk terlibat dalam mendukung proses persalinan ibu. Selama proses persalinan itu berlangsung normal sesuai dengan partograf, bidan akan memanfaatkan rencana penatalaksanaan sepanjang kala I. Dalam menentukan bahwa persalinan berjalan normal, bidan harus mengerti temuan apa saja yang normal dan temuan apa saja yang normal dan temuan yang abnormal. Jika terdapat beberapa temuan yang abnormal, maka bidan harus segera membuat rujukan.
Persalinan adalah saat yang menegangkan dan mengguggah emosi ibu serta keluarganya, bahkan dapat pula menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Salah satu peristiwa penting yang senantiasa diingat dalam kehidupan wanita, yaitu setiap wanita memiliki pengalaman melahirkan tersendiri yang dapat diceritakan orang lain. Memori melahirkan, peristiwa, dan orang-orang yang terlibat dapat bersifat negatif dan positif, dan akhirnya dapat menimbulkan efek emosional dan reaksi psikososial. Aspek-aspek asuhan yang terbukti mempengaruhi perasaan persalinan dan kepuasan pengalaman persalinan meliputi komunikasi dan pemberian informasi, penatalaksanaan nyeri, tempat melahirkan, dan dukungan soaial dari keluarga/pasangan, serta dukungan dari pemberi asuhan.

B.     PENGGUNAAN PARTOGRAF
Partograf merupakan alat bantu untuk mencatat  informasi berdasarkan observasi, anamnesis dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan, hal tersebut sangat penting khususnya untuk membuat keputusan klinis selama kala I persalinan.

Kegunaan utama  partograf  :
·      Mengamati dan mencatat informasi kemajuan persalinan dengan memeriksa dilatasi serviks saat pemeriksaan dalam
·      Menentukan apakah persalinan berjalan normal atau persalinan lama, sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai kemungkinan persalinan lama.

Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk
·      Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui periksa dalam.
·      Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan dernikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
·      Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru 1ahir
                               
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan untuk:
·      Mencatat kemajuan persalinan
·      Mencatat kondisi ibu dan janinnya
·      Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
·      Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan
·      Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.


Partograf  digunakan harus pada kondisi sebagai berikut:
·      Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting dari asuhan persalinan.
·      Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik normal maupun patologis.
·      Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam memantau, mengeva1uasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit.
·      Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll).
·      Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri, Bidan, Dokter Umum, Residen dan Mahasiswa Kedokteran).
·      Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.

Pencatatan selama Fase Laten Kala Satu Persalinan
            Seperti yang sudah dibahas, kala satu persalinan terdiri dari dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif yang diacu pada pembukaan serviks
·      Fase laten: pembukaan serviks kurang dari 4 cm
·      Fase aktif: pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm
                 Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dab bayinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancamkeselamatan jiwa mereka.
Berikut ini adalah komponen dalam halaman depan partograf :
·      Informasi tentang ibu
·      Kondisi janin
·      Kemajuan persalinan
·      Jam dan waktu
·      Kontraksi uterus
·      Obat-obat dan cairan yang diberikan
·      Kondisi ibu
·      Asuhan pengamatan dan keputusan klinik lainnya.

Kala Satu Persalinan
            Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dicatat secara terpisah, baik di catatan kemajuan persalinan maupun di Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu Hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intevensi juga harus dicatatkan.

Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat dengan seksama, yaitu:
·      Denyut jantung janin (DJJ)  diperiksa setiap 1/2 jam
·      Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus diperiksa setiap 1/2 jam
·      Nadi diperiksa setiap 1/2 jam
·      Pembukaan serviks diperiksa setiap 4 jam
·      Penurunan bagian terbawah janin diperiksa setiap 4 jam
·      Tekanan darah dan temperatur tubuh diperiksa setiap 4 jam
·      Produksi urin, aseton dan protein: setiap 2 sampai 4 jam
Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis disebutkan adanya penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya.

Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan atau penyulit, ibu boleh pulang dengan instruksi untuk kembali jika kontraksinya menjadi teratur, intensitasnya makin kuat dan frekuensinya meningkat. Apabila asuhan persalinan dilakukan di rumah, penolong persalinan hanya boleh meninggalkan ibu setelah dipastikan bahwa ibu dan bayinya dalam kondisi baik. Pesankan pada ibu dan keluarganya untuk menghubungi kembali penolong persalinan jika terjadi peningkatan frekuensi kontraksi. Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika fase laten berlangsung lebih dari 8 jam.

Pencatatan Selama Fase Aktif Persalinan
Halaman depan partograf menginstruksikan observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan, yaitu:
1.      Informasi tentang ibu:
·      Nama, Umur;
·      Gravida, Para, Abortus (keguguran);
·      Nomor catatan medikal/Nomor Puskesmas;
·      Tanggal dan Waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu);
·      waktu pecahnya selaput ketuban.

2.      Kondisi janin:
·      DJJ
·      Warna dan adanya air ketuban;
·      Penyusupan (molase) kepala janin
·      Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin;
·      Garis waspada dan garis bertindak..

Jam dan waktu:
·      Waktu mulainya fase aktif persalinan
·      Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.

Kontraksi uterus:
·      Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit
·      Lama kontraksi (dalam detik) .
·      Obat-obatan dan cairan yang diberikan:
·      Oksitosin
·      Obat-obatan lailnnya dan cairan IV yang diberikan

Kondisi ibu:
·      Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh;
·      Urin (volume, aseton atau protein).
Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang tersedia di sisipartograf atau di catatan kemajuan persalinan).

Mencatat Temuan Pada Partograf
1.      lnformasi Tentang Ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai: jam atau pukul pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten. Catat waktu pecahnya selaput ketuban.
2.      Keselamatan dan kenyamanan janin
Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin).
·        Denyut jantung janin
Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tandatanda gawat janin). Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas dan bersambung Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal pada angka 180 dan 100. Sebaiknya, penolong harus waspada bila DJJ mengarah hingga dibawah 120 atau diatas 160. Untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran normal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf.

·        Warna dan adanya air ketuban
Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini
U : Selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
J  : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jemih
M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur  mekonium.
D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi ("kering")

Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin <100 atau > 180 kali per menit) maka ibu harus segera dirujuk Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat daruratan obstetri dan bayi baru lahir.

·        Penyusupan (Molase) Tulang Kepala Janin
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar detajat penyusupan atau tumpang-tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan risiko disproporsikepala-panggul (CPD). Ketidak-mampuan untuk berakomodasi atau disproporsi ditunjukkan melalui derajat penyusupan atau tumpang-tindih (molase) yang berat sehingga tulang kepala yang saling menyusup, sulit untuk dipisahkan. Apabila ada dugaan disproprosi kepala-panggul maka penting untuk tetap memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan proporsi kepala-panggul (CPD) ke fasilitas kesehatan rujukan. Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala janin.

Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambangberikut ini:
0        : Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat  dipalpasi
1        : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan  
2        : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat  dipisahkan
3        : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan

Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di kolom paling kiri adalah besamya dilatasi serviks. Nilai setiap angka sesuai dengan besamya dilatasi serviks dalam satuan centimeter dan menempati lajur dan kotak tersendiri.
Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang lain menunjukkan penambahan dilatasi serviks sebesar 1 cm. Pada lajur dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah janin tercantum arigka 1-5 yang sesuai dengan metode perlimaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya (Menentukan Penurunan Janin). Setiap kotak segi empat atau kubus menunjukkan waktu 30 menit untuk pencatatat waktu pemeriksaan, denyut jantung janin, kontraksi uterus dan frekuensi nadi ibu.

3.      Kemajuan persalinan
·        Pembukaan serviks
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda 'X' harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur besamya pembukaan serviks.
Description: http://3.bp.blogspot.com/_JdayxWe_Qak/SwQJLy2ptwI/AAAAAAAAAcI/kWfls_Rvz0k/s400/Picture1.png
Perhatikan:
Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai dengan besamya pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang diperoleh dari hasil periksa dalam.
Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan (pembukaan serviks) dari hasil periksa dalam harus dicantumkan pada garis waspada. Pilih angka yang sesuai dengan bukaan serviks (hasil periksa dalam) dan cantumkan tanda 'X' pada ordinat atau titik silang garis dilatasi serviks dan garis waspada.
Hubungkan tanda 'X' dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus)

Description: http://3.bp.blogspot.com/_JdayxWe_Qak/SwQJtJP8clI/AAAAAAAAAcQ/xDXaSfIbS_g/s400/Picture2.jpg

·        Penurunan bagian terbawah janin
Setap kali melakukan periksa dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering (jika ditemukan tandatanda penyulit). Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yang menunjukkan seberapa jauh bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul. Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya bagian terbawah janin.
Tapi ada kalanya, penurunan bagian terbawah janin baru terjadi setelah pembukaan serviks mencapai 7 cm. Tulisan "Turunnya kepala" dan garis tidak terputus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda '0' yang ditulis pada garis waktu yang sesuai. Sebagai cantah, jika hasil pemeriksaan palpasi kepaia di atas simfisi pubis adalah 4/5 maka tuliskan tanda "0" di garis angka 4. Hubungkan tanda '0' dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus

Description: http://1.bp.blogspot.com/_JdayxWe_Qak/SwQKb3V7GPI/AAAAAAAAAcY/krZs79Uj278/s400/Picture3.png
·        Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya : fase aktif yang memanjang, serviks kaku, atau inersia uteri hipotonik, dll).

Pertimbangkan perlunya melakukan intervensi bermanfaat yang diperlukan, rnisalnya : persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang memiliki kemampuan untuk menatalaksana penyulit atau gawat darurat obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak maka hal ini menunjukkan perlu diakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan. Sebaiknya, ibu harus sudah berada di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.

4.      Jam dan waktu
a.       Waktu Mulainya Fase Aktif Persalinan
b.      Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-12. Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
c.       Waktu Aktual Saat Pemeriksaan atau Penilaian
Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit yangN berhubungan dengan lajur untuk pencatatan pembukaan serviks, DJJ di bagian atas dan lajur kontraksi dan nadi ibu di bagian bawah. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, cantumkan pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai.
Sebagai contoh, jika hasil periksa dalam menunjukkan pembukaan serviks adalah 6 cm pada pukul 15.00, cantumkan tanda 'X' di garis waspada yang sesuai dengan lajur angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu aktual di kotak pada lajur waktu di bawah lajur pembukaan (kotak ke tiga dari kiri).

5.      Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan "kontraksi per 10 menit" disebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang mencerrninkan temuan dari hasil pemeriksaan kontraksi . Sebagai contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit, maka lakukan pengisian pada 3 kotak kontraksi
Description: http://2.bp.blogspot.com/_JdayxWe_Qak/SwQLLSrWG9I/AAAAAAAAAcg/wkWb46IEqWM/s320/Picture4.jpg

6.      Obat-Obatan Dan Cairan Yang Diberikan
Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin,obat-obat lainnya dan cairan IV.

·        Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
·        Obat-obatan lain dan cairan IV Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.

7.      Kesehatan dan kenyamanan  Ibu
Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf terdapat kotak atau ruang untuk mencatat kondisi kesehatan dan kenyamanan ibu selama persalinan.
a.       Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu. Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih sering jikadiduga adanya penyulit). Beri tanda titik (.) pada kolom waktu yang sesuai.
Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika diduga adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.
Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika teIjadi peningkatan mendadak atau diduga adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh pada kotak yang sesuai.

b.      Volume urin, protein dan aseton
Ukur dan catat jumlahjproduksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkernih). Jika memungkinkan, setiap kali ibu berkernih, lakukan pemeriksaan aseton dan protein dalam urin.


8.      Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan. Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinis mencakup:
·        Jumlah cairan per oral yang diberikan.
·        Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur.
·        Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan, dokter umum).
·        Persiapan sebelum melakukan rujukan.
·        Upaya rujukan.
Description: partograf.png
3.      PENCATATAN PADA LEMBAR BELAKANG PARTOGRAF
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I sampai kala IV ( termasuk bayi baru lahir), itulah sebabnya bagian ini disebut catatan persalinan. Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinis, terutama pada pemantauan kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain itu, catatan persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai/memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang bersih dan aman.
Catatan persalinan terdiri atas unsur-unsur berikut :
·        Data dasar
·        Kala I
·        Kala II
·        Kala III
·        Bayi baru lahir
·        Kala IV

4.      CARA PENGISIAN PARTOGRAF
Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap pemeriksaan, lembar partograf ini diisi setelah seluruh proses persalinanselesai. Adapun cara pengisian catatan persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih rinci disampaikan menurut unsur-unsurnya berikut.
1.      Data Dasar
Data dasar terdiri atas tanggal, nama bidan, tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan, dan pendamping pada saat merujuk. Isi sediakan, atau dengan cara memberi tanda pada kotak disamping jawaban yang sesuai, dan untuk pertanyaan nomor 8 jawaban bisa lebih dari satu.
Data dasar adalah data yang perlu dipenuhi, antara lain sebagai berikut:
1.      Tanggal : ..............................................................................................
2.      Nama Bidan : .......................................................................................
3.      Tempat bersalin
Rumah ibu                            Puskesmas
Polindes                                Rumah sakit
 Klinik swasta                         Lainnya....................................................

4.      Alamat tempat persalinan : ......................
5.      Catatan : rujuk, kala I/II/III/IV
6.      Alasan merujuk.........................................
7.      Tempat rujukan : ......................................
8.      Pendamping saat merujuk...............................
Bidan         Teman
Suami        Dukun
Keluarga     Tidak ada



2.      Kala I
Kala I terdiri atas pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada, masalah yang dihadapi, penatalaksanaan, dan hasil penatalaksanaan tersebut. Untuk pertanyaan nomor 9 lingkari jawaban yang sesuai. Pertanyaan lainnya hanya diisi terdapat masalah lainnya dalam pesalinan.
9.      Partograf melewati garis waspada : Y/T
10.  Masalah lain :.........................................................
........................
11.  Penalaksanaan masalah tersebut : ..................................................
12.  Hasil : .............................................................................................


3.      Kala II
Kala II terdiri atas episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya. Beri tanda centangpada kotak disamping jawaban yang sesuai. untuk pertanyaan nomor 13, jika jawaban “ya”, tulis indikasi sedangkan untuk nomor 15 dan 16 jika jawabnnya “ya” isi jenis tindakan yang telah dilakukan. Untuk pertanyaan nomor 14, jawaban bisa lebih dari 1, sedangkan untuk masalah lainnya diisi apabila terdapat masalah lain pada kala II.
13.  Episiotomi
Ya, Indikasi..............................................................................................
Tidak
14.  Pendamping saat persalinan
  Suami                           Dukun
  Keluarga                      Tidak ada
Teman
15.  Gawat janin
        Ya, Tindakan .....................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
Tidak
Pemeriksaan DJJ setiap 5-10 menit selama kala II, hasilnya
16.  Distosia bahu
Ya, tindakan yang dilakukan
..................................................................................................................
.................................................................................................................
.............................................................................................................
Tidak
17.  Masalah lain, sebutkan.....................................................................
18.  Penatalsanaan masalh tersebut................................................................
19 Hailnya,.....................................................................................................          


4.      Kala III
Kala III terdiri atas lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, fundus, plasenta lahir lengakap, plasenta tidak lahir > 30 menit, laserasi, atonia ueri, jumlah pendarahan, penatalaksanaan, dan hasilnya. Isi jawaban pada tembat yang disediakan dan beri tanda √ pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk nomor 25, 26, dab 28, lingkari jawaban yang benar.
Informasi untuk kala III adalah sebagai berikut .
Lama kala III :......................................................menit
Pemberian oksitosin 10 U IM?
Ya,waktu..........................,menit sesudah persalinan
Tidak, alasan............................................................
Pemberian ulang oksitosin (2x)
Ya, alasan.................................................................
Tidak
Penegangan tali pusat terkendali ?
Ya,
Tidak, alasan..............................................................
Masase fundus uteri?
Ya,
Tidak, alasan.............................................................
Plasenta lahir lengkap (intact) : ya/Tidak
Jika tidak lengkap, tindakan yang dilakukan :
a......................................................................................
b.......................................................................................
c.............................................................................................
26.  Plasenta tidak lahir >30 menit : ya/tidak
            Ya, tindakan
           a....................................................................................................
            b.......................................................................................................
           c....................................................................................................
      27. Laserasi
           Ya. Dimana........................................................................................
          Tidak
     28. Jika laserasi perineum, derajat 1/2/3/4
         Tindakan :
     Penjahitan, dengan/tanpa anestesi
     Tidak dijahit,alasan.................................................................................................
29. Atonia uteri,
Ya, tindakan
a.............................................................................................................
b............................................................................................................
c..............................................................................................................
tidak
30. Jumlah perdarahan :..................................................................ml
31. Msalah lain, sebutkan ...................................................................
32. Penatalkasanaan masalah tersebut..................................................
33. Hasilnya: .......................................................................................      

5.      Bayi Baru Lahir
Informasi tentang bayi baru lahir terdiri atas berat dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah, penyerta,serta penatalksanaan terpilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda pada kotak disamping jawaban yang s sesuai. Untuk pertanyaan nomor 35 dan 36, lingkari jawaban yang sesuai, sedangkan nomor 38, jawaban bisa lebih dari satu.






34. Berat badan......................................................gram
35. Panjang..............................................................cm
36. Jenis kelamin : P/L
37. Penilaian bayi baru lahir : baik/ada penyulit
38. Bayi lahir,
      Normal, tindakan :
          Menghangatkan
    Hepatitis B Isap lendir
    Mengeringkan
    Selimut bayi dan tempatkan di sisi ibu
    Tindakan pencegahan imfeksi mata (salep mata tetrasiklin),              pemberian vit K, dan immunisasi    

Asfiksia rungan, pucat,biru, lemas, tindakan :
           Menghangatkan
           Bebaskan jalan nafas
           Mengeringkan
           Rangsangan taktil
           Bungkus bayi dan tempatkan di sisi ibu
          Lain-lain, sebutkan.............................................
Cacat bawaan, sebutkan...................................................................
39. Pemberian ASI
   Ya, waktu :.....................................................jam setelah lahir
40. Masalah lain, sebutkan...............................................................


6.      Kala IV
Kala IV bertekanan darah,  nadi, temperatur, tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama untuk menilai apakah terdapat resiko atau terjadi perdarahan pascapersalinan. Pengisian pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isi kolom sesuai dengan hasil pemeriksaan dan jawab pertanyaan mengenai masalh kala IV pada tempay yang telah disediakan. Bagian yang digelapkan tidak usah diisi.
Description: partograf shanti.png
II.                DETEKSI DINI KOMPLIKASI PADA MASA NIFAS DAN PENANGANANNYA

A.     6 Jam Postpartum
6 Jam setelah persalinan tanda bahaya yang harus di deteksi secara dini yaitu:
1.      Atonia uteri(uterus tidak berkontraksi)
2.      Robeka jalan lahir yang dapat terjadi pada daerah perineum,dinding vagina dan serviks,hematoma (bengkak pada daerah vulva),adanya sisa plasenta seperti selaput,kotiledon.
3.      Ibu mengalami bendungan atau hambatan pada payudara
4.      Retensi urine ( air seni tidak dapat keluar dengan lancar atau tidak keluar sama sekali).

Agar tidak terjadi hal-hal seperti ini perlu dilakukan beberapa upaya antara lain:
·        Pencegahan pendarahan masa nifas karena atonia uteri
·        Deteksi dan merawat penyebab lain pendarahan
Jika pendarahan berlanjut lakukan perujukan atau berikan konseling pada ibu dan salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri.
Lakukan hubungan antara ibu dan bayi (bonding attacment),jaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi,jika petugas kesehatan menolong persalinan,dia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaaan sehat (saifuddin 2006).
B.     6  Hari-6 Minggu Postpartum
Masa nifas (6 hari sampai 6 minggu postpartum) tanda bahaya yang harus dilakukan deteksi dini adalah:
·        Mastitis ( radang payudara)
·        Abses payudara (payudara mengeluarkan nanah)
·        Metritis
·        Peritonitis
Upaya pencegahan yang dapat bidan lakukan yakni, memastikan involusi uterus berjalan normal seperti uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada pendarahan abnormal, tidak ada bau, menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan lain-lain.
Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit serta memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi ,tali pusat,menjaga bayi tetap hangat,dan merawat bayi sehari-hari.

Komplikasi Dan Penyakit Dalam Masa Nifas
a.      Infeksi pada nifas
1.      Pengertian
Istilah infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genital pada waktu persalinan dan nifas. Infeksi ini merupakan sebab kematian maternal yang paling banyak.
Demam nifas atau dengan kata lain morbiditas puerperalis meliputi demam dalam masa nifas oleh sebab apapun. Menurut joint comite on maternal welfarey (Amerika Serikat) definisi morbiditas puerperalis ialah kenaikan suhu sampai dengan 38 derajat celcius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama postpartum,dengan mengecualikan hari pertama. Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari ( sarwono 2008).
2.      Pencegahan terjadinya infeksi
a.       Selama kehamilan, anemia merupakan predisposisi untuk infeksi, oleh sebab itu anemia harus di usahakan memperbaikinya, keadaan gizi merupakan faktor penting,karena diet harus diperhatikan, koitus salama hamil tua harus hati-hati jangan sampai mengakibatkan  pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi
b.      Selama persalinan membatasi sebanyak mungkin masuknya kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak lama, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin, mencegah terjadinya pendarahan dan petugas memakai proteksi dan alat persalinan yang steril dan melakukan tranfusi darah jika ada indikasi.
c.       Selama nifas, sesudah partus terdapat beberapa luka di jalan lahir, hari-hari pertama luka harus di jaga agar tidak terkena infeksi
b.      Endometritis
1.      Pengertian
Endometritis dalah radang pada endometrium, kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersi plasenta dan dalam waktu singkat mengikut sertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang patogen, radang terbatas pada endometrium.
Jaringan desidua bersama dengan bekuan darah menjadi nekrotis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keping-keping nekrotis serta cairan.
2.      Gambaran Klinik
Gambaran klinik tergantung jenis dan pirulensi kuman, daya tahan penderita, dan derajat trauma jalan lahir. kadang-kadang locia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta, dan selaput ketuban, keadaan ini dinamakan lociometra dan dapat menyebab kenaikan suhu yang segera hilang setelah diatasi, uterus pada endometritis  agak membesar, nyeri pada perabaan, uterus lembek, pada endometritis tidak meluas padahari pertama penderita mersa kurang sehat, perut nyeri, mulai hari ketiga suhu meningkat, nadi cepat, locia kadang-kadang berbau.
3.      Penatalaksanaan dan pengobatan (sesuai instruksi dokter)
Jika bidan menemukan kasus ini di tempat praktek lakukan kolaborasi dengan dokter untuk dilkukan rujukan yang paling penting stabilkan dulu kondisi ibu dengan pemberian cairan jika kondisi tidak terlalu parah beri minum lewat mulut, kemudian lakukan pemasangan infus sebelum dirujuk kerumah sakit.
c.  Perotonitis
1.Pengertian
Peritonitis adalah inflamasi peritonium lapisan membran serosa rongga abdomen dan meliputi visera yang merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis/kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan, dan nyeri lepas pada palpasi, defans muskular, dan tanda-tanda umum implamasi.
Peritonitis adalah peradangan peritonium yang  merupakan pembungkus visera dalam rongga perut. Peritonitis adalah suatu respon implamasi atau supuratif dari peritonium yang disebabkan oleh iritasi kimiawi atau invasi bakteri.
3.      Penyebab peritonitis
Infeksi pada peritonitis terbagi atas penyebab primer (peritonitis spontan), sekunder (berkaitan dengan proses patologis pada organ visera), atau  penyebab tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal yang adekuat). Infeksi pada abdomen dikelompokan menjadi pertitonitis infeksi (umum) dan atas abdomen (lokal ) infeksi peritonitis relatif sulit ditegakan dan sangat bergantung  dari penyakit yang mendasarinya. Penyebab peritonitis ialah spontan neoues bakterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hati yang kronik. penyebab lain peritonitis sekunder ialah berporasi apendisitis,terporasi ulkus peptikum dan duo denum,perporasi kolon akibat diperdikulitis, volvulus dan kanker, dan stramulasi kolon anseden.
Peritonitis umum disebabkan kuman yang sangat patogen dan merupakan penyakit berat seperti:suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut gembung dan nyeri,ada defens musculaire musculaire, muka penderita yang mula-mula kemerahan menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin.
4.      gejala dan tanda
Peritonits yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis yang ditandai dengan: demam, perut bawah nyeri, keadaan umum baik, pada pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses, nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douuglas harus dikeluarkan,ibu dagan peritonitis dapat mengalami gejala akut, penyakit ringan dan terbatas, atau penyakit berat dan sitemik dengan syok sepsis.
Tanda-tanda peritonitis relatif sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi hingga menjadi hipotensi. Dinding perut akan terasa tegang  karena mekanisme antisipasi penderita  secara tidak sadar untuk menghindari palpasi nya yang meyakinkan  atau tegang karena iritas peritoneum.
5.      penanganan peritonitis
Pasang selang  nasogastrik, infus cairan ringger laktat, berikan antibiotik kombinasi, sampai 48 jam bebas panas.ampisilin 3 g i.v setiap 6 jam, ditambah gentamisin 5 mg/kg BB i.v.tiap 24 jam,ditambah metronidazol 500mg i.v.tiap 8 jam, jika perlu lakukan laparatomi (dikerjakan oleh dokter) untuk drinase.
d.      Bendungan Asi
1.      Pengertian
Bendungan ASI adalah terjadinya  pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyeabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Prawirohardjo,2005:700)
Bendungan ASI dapat terjadi karena adanya penyempitan duktus laktiferus pada payudara ibu dan dapat terjadi pula  ibu dan  memiiki kelainan puting susu (misalnya puting datar, terbenam dan cekung).
2.      faktor-faktor penyebab
a)      Pengosongan mamae yang tidak sempurna (dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi ASI-nya berlebihan, apabila bayi sudah kenyang dan selesai  menyusu & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI didalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI).
b)      Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (pada masa laktasi, bila ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif menghisap,maka akan menimbulkan  bendungan ASI.
c)      Faktor  posisi menyusui yang salah (teknik menyusui yang salah  dalam menyusui dapat mengakibatkan  puting susu lecet  dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI).
d)      Puting susu terbenam (puting susu terbenam  akan menyulitkan bayi dalam menyusu.karena  bayi tidak dapat menghisap  puting dan areola, bayi tidak mau menyusu  sehingga terjadi bendungan ASI).
e)      Puting susu terlalu panjang (puting susu teralu panjang menimbulkan kesulitan pada bayi menyusu, karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI.Akibatnya ASI tertahan  dan menimbulkan bendungan ASI.



e.      Perdarahan pervaginam
Perdarahan post partum adalah perdarahan pervaginam yang lebih dari 500 ml setelah bersalin.
Menurut waktu terjadinya terdiri atas 2 bagian :
a.       Perdarahan pasca persalinan primer  (Early Postpartum Haemorraghe) yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir
b.      Perdarahan pasca persalinan sekunder  (Late Post Partum Haemorraghe) yang terjadi setelah 24 jam pertama.

Penyebab perdarahan postpartum :
a.       Atonia uteri
b.      Robekan jalan lahir
c.       Retensio plasenta
d.      Sisa plasenta
e.       Inversio uterus

Penanganan Pencegahan perdarahan postpartum
Tindakan pencegahan tidak hanya dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah dimulai sejak wanita hamil dengan antenatal care yang baik. Kasus-kasus yang memiliki predisposisi atau riwayat akan terjadi perdarahan postpartum sangat dianjurkan untuk melahirkan dirumah sakit.
Penanganan Umum
1)      Mintalah bantuan
2)      Lakukan pemeriksaaan secara cepat keadaan umum ibu termasuk tanda-tanda vital
3)      Jika dicurigai syok lakukan tindakan penanganan syok
4)      Pastikan bahwa kontraksi uterus baik,
a.                   Lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. Bekuan darah yang terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi uterus yang efektif
b.                  Berikan 10 unit oksitosin I.M
5)      Pasang infus
6)      Lakukan kateterisasi dan pantau cairan keluar-masuk
7)      Periksa kelengkapan plasenta
8)      Periksa kemungkinan robekan serviks, vagina dan perineum
9)      Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
10)  Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah peradarahan berhenti), periksa kadar Hb:
a.                      Jika Hb < 7gr/dl atau hematokrit kurang dari 20% (anemia berat), beri SF 600 mg atau ferous fumarat 120 mg ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan
b.                     Jika Hb 7 – 11 gr/dl . beri SF 600 mg atau ferous fumarat 60 mg ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan

Penanganan dan pengobatan
Pada setiap perdarahan postpartum harus dicari penyebabnya :
1.      Palpasi uterus : untuk memeriksa bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
2.      Memeriksa plasenta dan ketuban apakah lengkap atau tidak
3.      Lakukan eksplorasi kavum uteri untuk mencari : sisa plasenta dan selaput ketuban, robekan rahim dan plasenta suksenturiata
4.      Inspekulo: untuk melihat robekan pada serviks, vagina dan varises yang pecah
5.      Pemeriksaan laboratorium: periksa darah, Hb, Clot Observation Test (COT), dll.

f.        Infeksi payudara
1.      konsep dasar
Dalam masa nifas, dapat terjadi infeksi dan peradangan (mastitis). Pada mammae, terutama pada primipara. Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu tetapi juga melalui peredaran darah.
Mastitis ini biasanya diderita oleh ibu yang baru melahirkan dan menyusui. Radang ini terjadi karena ibu tidak menyusui atau puting payudaranya lecet karena menyusui. Kondisi ini bisa terjadi pada satu atau kedua payudara sekaligus.
Mastitis merupakan peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis.
2.      Penyebab
Mastitis biasanya disebabkan oleh infeksi Stapilococus aureus dan sumbatan saluran susu yang berlanjut. Dapat juga disebabkan oleh : payudara tidak disusukan secara adekuat; puting lecet sehingga mudah masuk kuman, payudara bengkak; penyangga payudara yang terlalu ketat; diet ibu yang jelek; kurang istirahat sehingga anemia yang menimbulkan infeksi.
3.      Tanda dan gejala
Tanda-tanda: rasa panas yang disertai dengan kenaikan suhu, penderita merasa lesu, tidak nafsu makan, penyebab stapilococus aureus, mammae membesar, nyeri dan pada suatu tempat kulit merah, membengkak sedikit, nyeri pada perabaan.
Adanya bengkak, rasa nyeri di payudara, kemerahan di payudara, keras, suhu tubuh meningkat, infeksi terjadi 1-3 minggu pasca persalinan.
Gejala mastitis : ibu memperhatikan adanya bercak panas, area nyeri tekan yang akut; ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras di daerah nyeri tekan tersebut; ibu mengeluh lemah dan sakit-sakit pada otot, seperti flu; mengeluh sakit kepala; suhu di atas 38 derajat; terdapat area luka yang terbattas atau lebih luas pada payudara; kulit pada payudara dapat tampak kemerahan atau bercahaya; kedua payudara terasa keras dan tegang pembengkakannya.

4.      Pencegahan
Perawatan puting susu pada waktu laktasi merupakan usaha penting untuk mencegah mastitis.
5.      Penanganan
Berikan antibiotik antara lain : Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari; atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari. Bantu ibu agar tetap meneteki, kompres dingin sebelum meneteki untuk mengurangi bengkak dan nyeri; berikan Paracetamol 500 mg;  evaluasi 3 hari. Pencegahan dan penanganan umum oleh bidan hampir sama dengan bendungan ASI.

g.      Tromboplebitis
1.      Konsep dasar
Tromboplebitis adalah kelainan pada masa nifas yaitu masa setelah melahirkan dimana terjadi sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku.
2.      Etiologi
-          Perluasan infeksi endometrium
-          Mempunyai varises pada vena
-          Obesitas
-          Pernah mengalami tromboplebitis
-          Berusia 30 tahun lebih
Faktor predisposisi
-          Kurang gizi
-          Anemia
-          Kelelahan
-          Proses persalinan bermasalah

3.       Penanganan
-          Kaki ditinggikan untuk mengurangi pembengkakan, setelah melakukan gerak pada kaki hendaknya tetap dibalut elastik atau memakai kaos kaki panjang yang elastis selama mungkin, kompres hangat pada kaki.

4.      Pencegahan
-          Dalam kehamilan : diet harus memenuhi kebutuhan kehamilan dan nifas, harus seimbang dan mengandung cukup vitamin.
-          Selama persalinan: membatasi masuknya kuman-kuman ke dalam jalan lahir, membatasi perlukaan, membatasi perdarahan, da membatasi lamanya persalinan.
-          Untuk menghindari masuknya kuman, teknik aseptis harus diperhatikan.


h.      Luka perineum
Luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu:
a.       Ruptur adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan.
b.      Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan tetap sebelum keluarnya kepala bayi

Dikatakan robekan perineum tingkat I, jika robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perineum sedikit; tingkat II, jika robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain mengenai selaput lendir vagina juga mengenai muskulus perinei  transversalis, tapi tidak mengenai sfingter ani, tingkat III, jika robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mengenai otot-otot sfingter ani.

faktor yang mempengaruhi perawatan perineum
-          Gizi: faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka pada penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan sangat membutuhkan protein.
-          Obat-obatan : steroid dapat menyamarkan adanya infeksi dengan menganggu respon inflamasi normal; antibiotik spektrum luas/spesifik efektif bila diberikan segara sebelum pembedahan untuk patologi spesifik atau kontaminasi bakteri.
-          Keturunan : salah satu sifat genetik yang mempengaruhi adalah kemampuan dalam sekresi insulin dapat dihambat, sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi penipisan protein kalori.
-          Budaya dan keyakinan: budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum.
Dampak perawatan luka perinium yang tidak benar
Perawatan perinium yang dilakukan dengan baik dapat mmenghindarkan hal sebagai berikut ini:
Infeksi: kondisis perinium yang terkena lochea dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perinium.
Komplikasi: munculnya infeksi pada perinium dapat menghambat pada saluran kandung kemih ataupjun pada jalan lahir yang dapat berakibat infeks  pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi jaln lahir.
Kematian ibu postpartum: penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabakanterjadinya kematian pada ibu postpartum mengingat kondisis ibu pospartum masih lemah.
Fase-fase penyembuhan luka
Fase-fase penyembuhan luka menurut smelzer adalah sebagai berikut:
a.       Fase implamasi, berlangsung 1 sampai 4 hari
Respon vaskuler dan seluler terjadi ketika jaringan teropong atau mengalami cedera. Vasokontriksi pembuluh terjadi dan bekuan fibrinoplatelet terbentuk dalam upaya untuk mrngjontrol pendarahan. Reaksi ini berlangsung sampai 5 menit sampai 10 menit dan diikuti oleh enzim intra seluler, juga histamin di lepaskan, yang meningkatkan permeabilitas kapiler.
Ketika mikrosirkulasi mengalami kerusakan, elemen darah seperti  antibody, plasma protein, elektrit, komplemen, dan air menembus spasium vaskuler selama 2 sampai 3 hari, menyebabkan udema, teraba hangat , kemerahan dan nyeri.
b.      Fase proliferatif, berlangsung 5 sampai 20 hari.
Fibriblas memperbanyak diri dan membentuk jaringan-jaringan untuk sel-sel bermigrasi. Sel-sel epitel membentuk  kumcup pada pinggiran luka: kuncup ini berkembang menjadi kapiler, yang merupakan sumber nurtisa bagi granulasi yang baru.
Setelah 2 minggu, luka hanya memiliki 3% sampai 5% dari kekuatan aslinya. Sampai akhir  bulan, hanya 35% sampai 59% kekuatan luka tercapai.  Tidak akan lebih dari 70% sampai 80% kekuatan dicapai kembali.  Banyak vitamin, terutama vitamin c, membantu dalam proses metabolisme yang terlbat dalam proses penyembuhan luka.
c.       Fase maturasi, berlangsung 21 hari sampai sebulan bahkan sampai tahunan.
Setelah 3 tahun setelah cidera, fibroblas mulai mennggalkan luka. Jaringan parut tampak besar, sampai fibril kalogen menyusun posisi  yang lebih padat. Hal ini, sejalah dengan dehidrasi , mengurangi njaringan parut tetapi meningkatkan kekuatannya. Meturasi jaringan sepeerti ini terus berlanjut dan mencapai kekuatan  meksimum dalam 10 atau 12 minggu, tetapi tidak pernah mencapai kekuatann asalnya dari jaringan sebelum luka.
Dalam penatalaksanaannya bedah penyembuhan luka, luka digambarkan sebagai penyembuhan melalui  intensi  pertama, kedua dan ketiga.
Penyembuhan melalui intensi pertama (penytuan primer). Luka  dibuat secar aseptik, dengan pengrusakan jaringan minimum, daan penutupan dengan baik, seperti dengan suture , sejmbuh dengan sedikit reaksi  jaringan melalui intensi pertama, jaringan granilasi tidak tampak dan pembentukan jaringan parut minimal.
Penyembuhan melalui intensi kedua (granulasi). Pada luka dimana terjadi pembentukan pus (supurasi) atau  dimana tepi luka tidak saling merapat, proses perbaikannya kurang sederhana dan membtuhkan  waktu lebih lama.
Penyembuhan melalui instensi ketiga (suture skunder). Jika luka dalam  baik yang belum di suture atau terlepas dan kemudian disuture kembali nantinya, dua permukaan granulasi  yang berlawanan disambungkan. Hal ini mengakibatkan jaringan parut yang lebih dalam dan luas.

Penatalaksanaannya

a)      Persiapkan pada ibu pospartum: perawatan  perinium sebaliknya dilakukan dikamar mandi dengan posisi ibu jongkok jika ibu telah mampu atau  berdiri  dengan posisi kaki terbuka. Alat dan bahan: alat yang digunakan adalah botol, baskom dan gayung. Sedangkan bahan yang digunakan  adalah air hangat, pembalut nifas baru dan antiseptik.
b)      Penatalaksanaan yang diberikan pada ibu adalah: perawatan khusus perineal  bagi wanita setelah melahirkan  anak mengurangi rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi, dan meningkatkan penyembuhan  dengan prosedur pelaksanaan menurut hamilton adalah  cuci tangannya;  mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat; buang pembalut yang telah penuh dengan  gerakan ke bawah mengarah ke rectum  dan letakkan pembalut tersebut kedalam kantung plastik; berkemih dan BAB ke toilet; semprotkan ke seluruh periniun dengan  air; keringkan periniun dengan menggunakan tissu dari depan ke belakang; pasang pembalut dari depan ke belakang; cuci kembai tangan.
c)      Lakukan evaluasi, parameter yang digunkan dalam evaluasi hasil peraeatan adalah: perinium tidak lembab. Posisi pembalut tepat, ibu terasa nyaman.  

i.         Gangguan Fisikologis Masa Nifas
a)      Depresi postparum
1.      Konsep dasar
Depresi postpartum adalah depresi beratyang tejadi tujuh hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari. Depresi postpartum pertamakali ditemukan oleh Pitt, pad tahun 1988, depresipostpartum adalah depresi yang berfariasi dari hari kehari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsumakan, dan kehilangan libido.
Tingkat keparahan depresi postpartum berfariasi. Keaadaan ekstream yang palingringan yaitu saat ibu mengalami “kesedihan semaentara” yang berlangsung sangat cepat pada masa awal post partum, ini disebut dengan “the blues atau maternity blues” gangguan postpartum yang paling berat disebut sikosisi postpartum atau melancolia. Diantara kedua keaadan ekstream tersebut terdapat keadaan yang relatif mempunyai tingkat keparahan sedang yang disebut neurosa depresi atau deprsi postpartum (regina,2001).
Depresi postpartum merupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan, mungkin seorang ibu akan merasa benar-benar tidak berdaya dan merasa serba kurang mamapu, tertindi oleh beban tanggung jawb terhadap bayi dan keluarganya, tidak bisa melakukan apapun untuk enghilangkan perasaan itu. Depresi post prtum dapat berlangsung 3 bulan atau lebih dan brkembang menjadi depresi lain yang lbih berat atau lebih ringan. Gejalahnya sama saja teteapi disamping itu ibu terlalu memikirkan kesehatan bayinya dan kemampuannya sebagai seorang ibu (wilkinson,1995).
Jadi pada dasarnyadepresi menyerang siapa saja, tetapi terutama mneyrang usia tengah baya ( 35-50 th) misal nay karena gagalanya mencapai sasaran-sasaran yang telah direncanakan anakk-anak mulai meninggalkan rumah dan lain-lain, semua ini bisa menyebabkan depresi. Menurut catatan banyak psikiater orang-orang yang menikah lebihbanyak yang mengalami depresi dari pada yang tidak menikah. Para ahli mengatakan bahwa hal ini disebabkan oleh konflik-konflik interperssonal yang timbul dalam relasi yang dekat didalam perkawinan.
Disamping itu perempuan dua kali lebih banyak di diagnosa mengalami depresi daripada laki-laiki tetapi peenyebannya belum diketahui dengan pasti
2.      Predisposisi
Faktor resiko terjadinya depresi postpartum diantaranya adalah ada didlam keluarga penderita penyakit mental; kurangnya dukungan sosial dan dukungan keluarga serta teman;kekhawatiran akan bayi yang sebetulnya sehat; kesulitan selama persalinan dan melahirkan; merasa terasing dan tidak mampu;masalah /perselisihan,perkawinan atau keuangan; kehamilan yang tidak diinginkan.

3.      Etiologi
Penyebaab kesedihan atau depresi sehabis melahirkan tidak jelas. Penurunan tingkat hormon yang tiba-tibsa, terutama sekali estrogen dan progesteron dapat berperan. Depresi yang hadir sebelum kehamilan lebih mungkin berkembang kedalam depresi post partum. Wanita yang telah memiliki depresi sebelum hamil harus memberitahukan kepada dokter atau bidan mengenai hal tersebut selama kehamilan. Depresi juga merupakansebuah penyakit yang berlangssung didalam sebuah keluarga.
Faktor penyebab depresi postpartum disebabkan oleh 4 faktor yiti sbb;
v  Faktor konstitusianal yaitu gangguan postpartum berkaitan dengan ststus aritas adalah riwayat obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil, sampai bersalin serta apakan ada komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita primipara. Wanita primipara lebih uumum memderita blues karena setelah melahirkan wanitta primipara berada dalam proses adaptasi, karena kalu duli ia hanya memeikrkan diri sendira, begitu bayinya lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan menjadi binggung sementara bayinya harus tetep dirawat.
v  Faktor fisik, perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental selama 2 minggu pertama menunjukan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis setelah melahirkan dan priodelaten selam duahari di antar kelahiran dan munculnya gejala.
v  Faktor psikologis, peralihan yang cepat dari keaadaan “dua dalam satu) pada akhir krhamilan manjadi dua individu yaitu, ibu dan anak bergantung pada penyesuaian psikologis individu. Klaus daN kennel mengindikasikan pentingnya cinta dalam menenggulangi masa peralihan ini untuk memulai hubungan baik ibu antar ibu dan anak.
v  Ffaktor sosial, paaykel mengemikakan baahwa pemukimam yang tidak memeadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu-ibu selain kurang hya dukungan dalam perkawinan
4.      Klasifikasi
Ada tiga tipe depresi postpartum diantaranya yaitu :
Depresi ringan ( kemurungan). Inilah tipe depresi ynag paling umum. Biasanya singkat dan tidak terlalu menggangau kegiatan kegiatan normal. Peristiwa-peristiwa signifikan seperti hari liburan, ulangtahun pernikahan, pekerjaan baru, pindah, demikian juga kebosanan dan frustassi bisa menghasil kan satu keadaan hati yang murung.
Depresi sedang atau moderat (perasaan takberpengharapan). Gejalanya hampirsama dengan depresi ringan, tetapi lebih kuat dan lebih lama berakhir. Satu peristiwa yang tidak membahagiakan seperti meninggalnya seorang kekasih, hilangnya karir, kemunduran dan lain-lain basanya merupakan penyebab.
Depresi berat ( terpisah dari realita). Kehilanga ninteres dengandunia luar dan perubahan tingkah laku yang serius dan berkepanjangan merupakan karakteristinya. Ketidak seimbangan dakhil yang mendalam biasanya merupan peenyababnya. Kadang-kadang gangguan yanag lain seperti schizophrenia, alkoholisme atau kecanduan obat sering berkaitan dengan depresi. Demikian juga gejala fisik akan menjadi nyata. Orang itu mengalami misalnya delusi bahwa tubuhnya berubah. Penyakit depresi manik adalah suatu bentuk depresi yang didalamnya seorang mengalami keaadana hati yang ekstrim tinggi dan ekstrim rendah.
Adapun postpartum syndrom atau disstres post partum adalah suatu kondisi dimana seseorang ibu seringkali merasa uring-uringan muram atau bentuk-bentuk rasa tak bahagia lainnya. Fase ini dalam jangka wktu dua hari sampai dua minggu pasca perslinan, syndromdrome ini masih tergolong normal dan sifatnya sementara.

5.      Tanda dan Gejala
Gejala yang sering timbul  yaitu sering menangis,mood yang berubah-ubah, dan lekas marah sebagaimana merasakan kesedihannya. Seorang wanita dengan dpresi postpartum bisa terlihat tidak tertarik dangan bayinya.


1 komentar: